BELAJAR PARENTING DARI PSIKOLOG AHLI

Ketika kamu menatap mata ibumu, 
kamu tahu bahwa itu adalah cinta paling murni yang dapat temukan di bumi ini." 
Mitch Albom

Halo sobat Nandur Tresna!

    Anak adalah titipan Tuhan Yang Maha Esa. Namun, tak semua orang tua siap menjaga titipan Tuhan dengan mencukupi semua kebutuhan anak. Keprihatinan mulai muncul karena kebanyakan orang tua lalai memenuhi kebutuhan anak dalam hal moral dan spiritual, dan merasa sudah cukup hanya dengan memberi limpahan materi. Jika itu yang terjadi maka harapan untuk menjadi orang tua yang baik jauh panggang dari api. Terlebih jika anak hidup di era digital seperti sekarang ini, dimana teknologi tengah berkembang dengan pesatnya yang kemudian semakin memperlebar akses kepada hal-hal berbau pornografi. Mulai dari film, sinetron, games (permainan), situs internet, bahkan komik semuanya kini banyak dibumbui dengan pornografi yang menjadi ancaman serius yang harus diwaspadai. Hal ini yang menjadi fokus utama dalam menyadarkan para orangtua betapa pentingnya memagari anak dari hal-hal negatif. Pornografi memang menjadi momok bagi para orang tua, karena selain merusak akhlak ternyata juga dapat merusak perkembangan otak anak. Mengutip hasil riset dr Donald Hilton, seorang ahli bedah otak dan dokter terkemuka dari Amerika Serikat yang diundang Yayasan Kita dan Buah Hati pada Februari 2010, dikatakan, bila kokain merusak otak di tiga bagian, maka pornografi atau kecanduan seks akan merusak otak di lima bagian. Bayangkan, saking dahsyatnya racun pornografi sampai mengalahkan racun narkoba. Dan bagaimana jika hal itu terjadi pada anak-anak kita, mau dikemanakan masa depan bangsa ini? Sayangnya, masih banyak orang tua yang tidak peka terhadap hal ini. Mereka justru terjebak dalam pola mendidik anak yang salah. Yang paling jelas terlihat saat ini adalah pembagian tugas antara ibu dan ayah, ayah bekerja mencari nafkah sedangkan tugas mendidik anak menjadi tanggung jawab ibu sepenuhnya. Terang saja hal itu amat menyesatkan dan menyalahi kodrat orangtua yang seharusnya saling bahu membahu dalam mendidik anak. Apalagi sekarang kaum ibu banyak yang diserap dunia kerja. Jangankan mendidik, menanyakan kegiatan anak saja mungkin jarang dilakukannya karena terlampau disibukkan dengan urusan pekerjaan. Anak hanya mendapat sisa-sisa waktu, bukan waktu berkualitas seperti yang seharusnya diberikan. “Ubah pola hanya ibu yang mengasuh anak dan ayah yang bekerja menjadi dual parenting, kerja sama ibu dan ayah dapat mempermudah bentengi anak dari pornografi,” tutur Elly, yang adalah seorang psikolog yang bergerak di bidang pendampingan keluarga. Contoh lain, masih ada segelintir orangtua yang merasa malu jika tidak mampu memfasilitasi sang anak dengan gadget-gadget keluaran terbaru. Mereka cukup merasa tenang jika anaknya menghabiskan waktu berjam-jam di depan monitor komputer memainkan berbagai jenis games. Padahal tidak semua games itu pantas dimainkan anak-anak, karena bukan hanya menyuguhkan adegan kekerasan tapi juga mengandung unsur pornografi. Orang tua juga langsung kebingungan saat dihadapkan pada pertanyaan tentang seksualitas yang terlontar dari bibir mungil anak-anaknya, dan kebanyakan orangtua cenderung memilih untuk menghindar karena masih menganggap seks sebagai hal yang tabu untuk diketahui si anak. Karena tidak mendapat informasi yang dibutuhkan maka anak akan berusaha mencarinya di luar misalnya melalui teman sekolah, atau dari situs-situs dewasa yang kemudian berakibat fatal karena terjerumus pada hal-hal negatif yang sebetulnya belum pantas untuk mereka lakukan. Pentingnya memagari anak dari hal-hal negatif. Pornografi memang menjadi momok bagi para orang tua, karena selain merusak akhlak ternyata juga dapat merusak perkembangan otak anak. Menurut Elly, anak belum bisa membedakan mana yang bahaya dan mana yang tidak. Jadi mereka belum bisa mengambil keputusan serta mengontrol emosinya. 

    Pendidikan dan pelatihan yang baik baru berkembang di atas usia 15 tahun. Pada anak yang sudah terjangkit pornografi, perasaannya akan kacau balau. Orangtua pun tidak mengerti jika anaknya tiba-tiba suka marah-marah dan uring-uringan. Ditambahkannya lagi, ada hormon-hormon kenikmatan yang keluar dan berbagai hormon lainnya berlebihan mengeluarkannya karena si anak harus berkonsentrasi merasakan kenikmatan yang dirasakannya. Maka, dengan sendirinya otak anak akan menciut. Kalau sudah begitu, sifat kemanusiaannya rusak dan bisa-bisa perilakunya berubah jadi seperti binatang. Orangtua pun bersikap biasa-biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa pada anak mereka. Budaya ‘cuek’ itulah yang amat disayangkan oleh Elly. Maka dari itu, wanita berkerudung ini menyarankan orang tua untuk meminimalisir kemungkinan anak menjadi pecandu pornografi. Salah satu caranya adalah dengan tidak memberikan perangkat elektronik misalnya handphone yang mendukung layanan internet pada anak usia SD hingga SMP. Namun jika anak sudah terlanjur terpapar virus bernama pornografi maka untuk mengatasinya menurut Elly ada empat langkah yang bisa dilakukan untuk menormalkan otak anak. Pertama, anak itu sadar jika dia kena kecanduan. Kedua, dia mau keluar dari kecanduan itu dan harus ada dukungan keluarga. Ketiga, harus ada terapi. Keempat, harus hadirkan Tuhan di dalam dirinya. Sebab, baik anak maupun orang dewasa yang kecanduan pornografi, otomatis telah melanggar perintah Tuhan. Tuhan mengatakan tahan pandanganmu dan jaga kemaluanmu. Tetapi, justru dilanggar dan tidak mau menahan pandangan. Anak adalah peniru yang ulung, oleh karena itu, orangtua sudah seyogyanya mengambil peran agar anak-anaknya tidak mencontoh perbuatan-perbuatan yang melanggar norma terutama norma agama. Pendidikan agama merupakan fondasi awal dalam membangun karakter seorang anak. Jika fondasi itu sudah kokoh, orang tua akan dengan tenang melepas anaknya menghadapi perubahan zaman. Yang tak kalah penting adalah kemampuan berkomunikasi para orang tua agar bisa membangun suasana yang hangat dengan anak-anaknya. “Orangtua zaman sekarang bisanya main perintah, marah, dan mengancam,” kata Elly Risman seperti dikutip dari situs wartakota. Alangkah bijaksananya jika orangtua dapat menggantikan kemarahan dengan sikap simpatik, menukar egoisme dengan penerimaan, penghargaan, dan pujian untuk anak. Menjadi orang tua yang baik tidak mudah namun bukan berarti tidak mungkin. Oleh sebab itu, untuk para orangtua Elly Risman berpesan agar jangan malas mencari dan terus menggali ilmu bagaimana cara mendidik anak agar menjadi anak yang tangguh. Jadi.. sobat Nandur Tresna yang terkasih dari pengalaman yang  bisa diambil pada kesempatan ini adalah kita perlu memberikan perhatian lebih untuk putera-puteri titipan Tuhan, karena itu juga merupakan tugas dan tanggung jawab yang utama sebagai orangtua. Tuhan memberkati!

Sumber artikel: Tokoh.ID - https://tokoh.id/biografi/2-direktori/psikolog-spesialis-parenting/





Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak